Chapter 13 – Sacrifice

Title: Broken Doll

Rated : M

Couple : Sibum, Yunjae, Haehyuk, Se7min, Hanchul

Genre : Romance/Drama

Warning:

NC. Smut. BDSM. Rape. PWP. BoyxBoy. Mpreg.

Don’t Like Don’t Read!

Prologue | Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3 | Chapter 4 | Chapter 5 | Chapter 6 | Chapter 7 | Chapter 8 | Chapter 9 | Chapter 10 | Chapter 11 | Chapter 12

.

.

Ruangan yang dimasuki olehnya begitu gelap. Hanya cahaya kuning dari lampu yang terletak di atas lemari yang menjadi satu-satunya sumber penerangan yang ada. Dia tampak tak peduli dengan hal tersebut. Mungkin karena dia sudah terbiasa dengan kegelapan yang ada di ruangan ini. Langkahnya mantap, tak terlihat keraguan sedikit pun, seolah sudah tahu ke mana kakinya harus melangkah.

Dia terhenti tepat di depan lampu yang menyala. Badannya berputar 90 derajat ke arah kanan dan kemudian duduk di atas kursi yang berada di bawahnya. Matanya menatap ke arah sesuatu yang berada di depannya. Ketika mata memincing dan membiasakan cahaya yang ada, maka dapat terlihat sebuah bentuk yang kita namakan ranjang. Di atas ranjang terdapat sosok yang tengah berbaring.

Matanya terpejam. Hatinya terasa miris melihat sosok yang tak berdaya di hadapannya. Dia beranjak berdiri sedikit. Badannya sedikit membungkuk dan dia bisa melihat siapa yang tengah berbaring di atas ranjang tersebut. Seorang yeojya dengan paras yang elok. Mata yeojya itu terpejam. Wajahnya begitu damai seolah dia sedang bermimpi, namun orang yang masuk tadi tahu, bahwa yeojya itu tengah kehilangan kesadaran, tak tahu apa yang sedang terjadi di dunia ini.

Tangannya perlahan meraih tangan sang yeojya yang kaku. Begitu dingin, tak bersahabat. Tangan sang yeojya diangkat hingga menyentuh ujung bibirnya. Kecupan singkat diberikannya, berharap mata sang yeojya bisa terbuka. Namun, harapan hanyalah harapan.

Cairan bening mengalir perlahan dari ujung mata sang penyusup hingga terjatuh di atas telapak tangan sang yeojya. Satu tangannya yang lain merapikan poni sang yeojya, mengelusnya dengan penuh kehangatan. Sebuah senyuman tipis terukir di wajahnya.

”Maafkan appa, maafkan appa, Chaerin,” bisik sang penyusup.

Ketika cahaya rembulan menyinari ruangan itu, menembus jendela yang terbuka lebar dan tertuju pada sang penyusup, terlihatlah sosok namja yang kita kenal sebagai Yang Hyun Suk.

.

.

Broken Doll

”Sacrifice”

by eL-ch4n

24.08.2012

.

.

Kibum terduduk di tepi ranjang dengan tatapan kosong. Dia sendiri sudah tidak ingat bagaimana kakinya bisa melangkah sejauh ini. Sekarang pintu takdir mulai terbuka. Pertanyaan yang terpikirkan mulai terjawab. Ini memang aneh, tetapi itulah kenyataannya.

Ardent adalah Yonghwa. Kenapa dia tidak menyadari ini semua?

Scion, generasi yang baru, keturunan. Yonghwa menciptakan sebuah ras baru untuk meruntuhkan para Callous. Untuk hal itu, Kibum tahu Yonghwa rela melakukan hal gila. Memori masa lalu yang terlupakan mulai bermunculan, berputar bagaikan sebuah film panjang yang tiada habisnya. Begitu sesak membuatnya berteriak dalam kesakitan.

Tak ada yang berani memasuki ruangan Kibum meskipun mendengar suara teriakan dari dalamnya. Suara Kibum yang begitu rintih, begitu menderita. Tak ada yang berani menanyakan apa yang sedang terjadi karena mereka kurang lebih bisa menebaknya. Hanya Changmin yang berani mengetuk dan menggunakan kunci cadangan untuk membuka pintu yang tertutup di hadapannya.

”Pergi!” seru Kibum.

Dia tak ingin ada seorang pun yang melihatnya sekarang. Tidak ketika dia sedang berada dalam kondisi yang tidak baik. Penampilannya terlihat begitu menakutkan dan mengerikan. Rambut hitam kelamnya berantakan, tangan kanannya memerah karena memukul dinding berkali-kali, dan matanya yang sembab karena menangis.

”Kibum,” bisik Changmin dengan lirih. Langkah Changmin tegap menuju ke arah Kibum, namun matanya terlihat sendu melihat sosok sahabatnya yang begitu rapuh.

Sahabat. Ya, baginya Kibum adalah sahabatnya, tak peduli apapun yang terjadi. Meskipun mungkin di kehidupan yang dulu Kibum adalah tunangannya, mantan tunangannya. ”Tenanglah, kau tidak sendiri.”

”PERGI CHANGMIN!” Seolah tak mendengarkan perkataan Changmin, Kibum terus berteriak bagai orang kesetanan membuat Changmin semakin sedih. ”Yonghwa sialan! SIALAN SIALAN!”

Changmin bertindak cepat saat Kibum hendak melempar vas yang ada di atas meja. Sebelum sempat vas terlempar dari tangan Kibum, dia sudah menahan Kibum dari belakang. Kedua tangannya melingkar pada pinggang ramping Kibum dan memeluknya dari belakang. Bibirnya mengecup ringan pipi Kibum. ”Ssh, tenanglah, aku di sini, aku di sini, Kibum-ah, aku di sini,” bisik Changmin di telinga Kibum.

Isakan Kibum mulai terdengar. Tangannya meletakkan vas bunga kembali ke atas lemari dan segera dia memeluk Changmin dengan erat. Sesuatu di dalam hatinya terasa koyak menjadi tak bersisa. ”Yonghwa, dia, urgh, kenapa?”

”Jelaskan padaku, Kibum, ada apa? Apa yang terjadi?” bisik Changmin perlahan.

Pelukan keduanya terlepas dan sekarang mereka saling memandang. Changmin dengan senyum lembutnya dan Kibum dengan ekspresi sedihnya. ”Yonghwa, dia, urgh, kau ingat tentang kisah kita min?” Changmin mengangguk. Tentu saja dia akhirnya mengingat apa yang sebenarnya terjadi 100 tahun yang lalu, tentang kisah mereka, tentang awal mula dari segalanya. ”Anakku, dia, Yonghwa, Yonghwa adalah anakku, Min, anakku.”

”Ba…bagaimana bisa?” tanya Changmin dengan terkejut. Tentu saja. Jika memang Yonghwa adalah anak dari Kibum bukankah berarti usia Yonghwa sudah melebihi mereka? ”Jika dia anakmu, maka bagaimana mungkin kau lahir, Kibum? Tidak mungkin kau tidak mempunyai darah sama sekali dengan dirimu di masa lalu.”

”Lucu sekali kau Changmin, Yonghwa itu namja, jadi jelas saja dia tinggal mencari yeojya dan menyetubuhinya untuk melahirkan keturunan hingga muncullah aku. Mau dengar pendapatku?” Changmin mengangguk. ”Dia menemui Seohyun atau sosok Seohyun di masa lalu. Jatuh cinta dan melupakan tentang perang, tetapi mereka tak bisa lepas dari takdir.”

”Dan Seohyun mati karena perang yang terjadi,” sela Changmin. Kali ini Kibum yang mengangguk.

”Yonghwa ingin membalaskan dendam Seohyun. Pertanyaannya sekarang, kepada siapa dendam itu ditujukan?” Hening melanda keduanya. Tak perlu membaca pikiran untuk tahu bahwa keduanya juga tak mengerti sebenarnya apa yang terjadi. Sebuah relasi yang membingungkan. Yonghwa adalah anak sekaligus orang tua dari Kibum. Sesuatu yang tidak terduga.

Kibum akhirnya menangkap beberapa hal. Dia tidak sendirian di dunia, tidak pernah sendirian. Itulah sebabnya kenapa saat Ardent, ya dia tidak mau mengakui Ardent yang sempat dia hormati adalah Yonghwa, menemukannya dan menyelamatkannya, Ardent terlihat sedih. Orang tua mana yang tidak akan sedih saat anaknya tidak mengingat dirinya sama sekali?

Ya, Donghae bukan satu-satunya anak Yonghwa. Kibum juga adalah anak Yonghwa, saudara kembar Lee Donghae.

.

.

”Semua sudah jelas sepertinya, eh?” ujar Dara pada Taeyang dan Seungri yang ada di ruangan. Satu-satunya yeojya yang berada di ruangan tersebut hanya menatap kosong pada dinding yang ada di hadapannya. Mereka saat ini sedang berada di kamar Dara karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan oleh sang yeojya kepada mereka berdua.

Taeyang mengangguk perlahan sementara Seungri yang berdiri tak jauh dari namjachingunya itu hanya menundukkan kepalanya seperti bersalah akan sesuatu. ”Yonghwa, kenapa?” bisik Taeyang perlahan.

”Balas dendam, YB, balas dendam yang membuat seorang Jung Yonghwa yang berhati baik rela membuang rasa manusianya.” Terdiam sejenak sebelum Dara kembali melanjutkan perkataannya. ”Yonghwa, dia rela terlahir kembali untuk menjadi dirinya, membawa kepingan masa lalu dan membalaskan dendamnya.”

”Siapa? Siapa orang yang dapat membuat Yonghwa seperti ini?” tanya Seungri pelan.

Kali ini Dara tertawa, sebuah tawa yang terdengar sangat menyayat hati. Tawa yang seolah mengejek lawan bicaranya. ”Perlukah dijawab? Apa kalian tidak bisa melihat bahwa semuanya begitu sederhana? Siapa yang memulai perang, eh? Siapa yang membuat Irak akhirnya menyerang Amerika? Perang ketiga itu, menurutmu kenapa terjadi?”

Kedua mata Taeyang dan Seungri terbuka lebar. Kepingan pertanyaan terjawab dan jika benar dugaannya, maka sebenarnya semua hal terlihat lebih sederhana daripada apa yang terlihat. ”Tidak mungkin,” gumam Taeyang.

Dara hanya tersenyum sendu. ”Entahlah, mungkin Changmin, mungkin Kibum, atau mungkin Siwon.”

”Tidak mungkin Kibum, jika dia ingin membunuh Kibum, maka akan lebih baik membunuhnya secara langsung. Maksudku, apa yang lebih menyakitkan daripada dibunuh oleh anak sekaligus appa-mu sendiri?” ujar Seungri. Dia mengemukakan analisisnya berdasarkan pengamatannya. Dara dan Taeyang mengangguk tanda bahwa mereka setuju dengan pendapat Seungri.

”Balas dendam dapat membuat seseorang menjadi gila, kau tahu?” Sebuah suara yang tak asing di telinga ketiga orang tadi terdengar membuat mereka melihat pada sang pendatang baru yang ternyata adalah Seungho.

Seungho mengangguk ke arah Dara sembari berjalan memasuki ruangan. Tak ada sosok Thunder di manapun padahal biasanya mereka hampir tidak terpisahkan. ”Maksudku, kalau balas dendam bisa membuat Yonghwa seperti ini, maka tidak terlepas bahwa dia dapat menggunakan Kibum.” Namja dengan julukan Devil ini tersenyum sedih.

”Kalian berpikir terlalu jauh,” sela Thunder. Adik dari Sandara itu akhirnya membuka suaranya juga.  Semua kepala kemudian menghadap pada namja yang memiliki perawakan sama dengan noona-nya itu.

”Apa maksudmu?” tanya Taeyang.

Thunder menghela nafas panjang sebelum membuka suaranya kembali, ”Menurutku, Yonghwa tidak ingin balas dendam. Dia hanya ingin membahagiakan Kibum. Semua orang tua pasti ingin anaknya bahagia.”

”Ya, dengan memberikan Kibum ingatan masa lalu dan melakukan hal seperti ini?” sela Seungri dengan nada sarkasme.

Kembali sebuah senyuman terukir di wajah Thunder. Dia mengangguk perlahan tanda bahwa setuju akan pernyataan Seungri. ”Jika aku adalah Yonghwa, aku tak peduli bagaimana orang menganggapku asalkan aku bisa memberikan kebahagiaan pada Kibum. Dengan memberikan ingatan masa lalu pada Kibum, setidaknya Kibum bisa tahu apa yang terjadi dan bagaimana tindakan yang harus diambilnya. Yonghwa berharap Kibum setidaknya bisa memperbaiki masa lalunya.” Suara Thunder perlahan semakin melemah dan terdengar menyayat hati.

Semua kepala tertunduk ke bawah, memikirkan perkataan Thunder yang baru saja terlontarkan. Memang tidak tertutup kemungkinan bahwa mungkin Yonghwa hanya ingin meraih kebahagiaannya, tetapi dengan melakukan hal ini? Menjadikan anaknya sendiri sebagai salah satu percobaan male pregnancy miliknya? Untuk membuktikan apa? Bahwa keajaiban bisa datang kedua kalinya?

”Dia bukan ayahku.” Entah kenapa ruangan Dara sekarang menjadi tempat pertemuan. Kali ini suara Kibum yang terdengar. Begitu tegas, begitu dingin, seolah tak ada emosi di dalamnya. Suaranya seolah berkata bahwa dia tak peduli, tetapi Dara dapat menembus orbs bening yang kini menatapnya. Ada kesedihan di baliknya, sebuah emosi yang tak bisa dijelaskan, meronta untuk keluar, tetapi tertahan karena dia harus bertindak. ”Yonghwa adalah anakku dan akan selalu menjadi anakku.”

.

.

”Apa yang akan kau lakukan sekarang Siwon?” tanya Daesung paska penemuan mereka.

Siwon menggelengkan kepalanya, tanda bahwa dia sendiri juga bingung. Oh Tuhan, apakah dirinya dan Kibum memang tidak berjodoh? Sudah melampui 100 tahun pun, dia hanya bisa menghabiskan waktu bersama Kibum dalam waktu yang singkat. Detik berikutnya dia kembali mendapati dirinya seorang diri. Tangannya memijat keningnya. Kepalanya terasa begitu berat. Andai saja dia bukan zenith, mungkin dia tidak tahu apa yang dapat dia lakukan. Jika begini caranya, dia harus mengeluarkan kemampuannya, sebagai salah satu zenith yang tersisa.

Pertanyaannya sekarang, dia harus memulai dari mana?

Donghae.

”Donghae,” bisik Siwon perlahan.

”Eh?” tanya Daesung.

Tiba-tiba saja sang zenith beranjak berdiri seolah berhasil menemukan sesuatu. Kakinya membawa dia melangkah keluar dari ruangan tamu tadi diiringi dengan Daesung di belakangnya. Langkahnya terhenti pada sebuah pintu besar yang terbuat dari kayu jati. Dia menarik nafas panjang sebelum membuka pintu tersebut dengan paksa.

Apa yang ada di hadapannya membuat dia terkejut. Di dalam ruangan yang ternyata kamar Donghae itu, Eunhyuk tengah duduk di pojok ruangan sembari memeluk badannya karena ketakutan. Di atas tempat tidur, Donghae sedang meronta. Kondisinya terlihat begitu menakutkan. Teriakan yang menyayat hati terdengar, melonglong bagai serigala yang kesepian.

”ARGH! Lepaskan! Pak tua brengsek! Ini tubuhku! Keluar!” seru Donghae.

”Kau tak akan bisa mengusirku,” ujar Yonghwa yang berada di dalam tubuh Donghae.

Siapapun yang melihatnya dapat menuduh Donghae sebagai orang yang gila, berbicara pada dirinya sendiri, tetapi Siwon tahu apa yang sebenarnya terjadi. Daesung segera menghampiri Eunhyuk dan memberikan selimut untuk menutupi tubuh Eunhyuk yang masih polos. Tubuh Eunhyuk bergetar karena takut dan Daesung hanya bisa melihatnya dengan tatapan iba. Ingin menyentuh dan menenangkan sang doll, tetapi dia tahu tentang batasannya.

”Donghae, biarkan, aku ingin bicara dengannya,” tegur Siwon. Sontak Donghae berhenti memberontak. Dia menatap Siwon tak percaya. Melihat mata Siwon yang begitu tegas dan tak terlihat main-main itu, Donghae mengalah dengan tak rela. Dibiarkannya dia duduk di atas ranjang dan dikuasai oleh sang appa. ”Yonghwa-shi,” ujar Siwon sembari menganggukkan kepalanya memberi hormat.

”Choi Siwon, anak dari Choi Minki dan Kang Dong Ho, bukti nyata dari projek Savior. Senang bertemu denganmu langsung,” jelas  Yonghwa sembari mengulurkan tangan Donghae.

Uluran tangan tersebut diabaikan oleh Siwon yang segera menatap langsung sepupunya yang tengah dikuasai oleh sang appa sendiri. Secara logika berarti Yonghwa adalah pamannya, tetapi karena kompleksnya kehidupan, dia sendiri sudah tidak tahu siapa dirinya dan apa hubungannya dengan Donghae dan Yonghwa. ”Aku tak senang bertemu denganmu dan aku bukan salah satu dari projekmu.”

Donghae – Yonghwa – terkekeh. ”Oh, tapi kau adalah projekku. Choi Minki adalah eksperimen pertamaku. Dia mendatangiku, menawarkan tubuhnya sebagai percobaan. Dongho menolaknya, tentu saja, tetapi sepertinya Minki bersikeras melakukan hal ini. Minki dan aku, kamilah yang memulai projek Savior pertama kali. Dengan kehadiranmu, kami berhasil membuktikan bahwa menanamkan rahim pada namja bukanlah hal yang mustahil. Pengembangan sel plasenta yang diteliti berhasil dibuktikan. Hanya saja,” gumam Yonghwa. Dia terhenti dan menatap Siwon dengan sedih. ”Minki meninggal. Sepertinya memang agak mustahil untuk melakukan penanaman rahim. Dia meninggal karena kehabisan darah.”

Siwon mengepalkan tangannya. Entah karena kesal, entah karena emosi, dia tidak tahu. Sudah lama dia mendengar umma-nya meninggal setelah melahirkannya. Sudah lama dia hampir menyalahkan dirinya sendiri. Seandainya dia tidak terlahir, mungkin Choi Minki masih akan tetap hidup dan Dongho tidak akan memulai peperangan konyol. Iya, Siwon harus mengakui bahwa appa-nya adalah salah seorang callous yang menyarankan untuk melakukan penghapusan. Dikarenakan dendam kepada zenith yang menggunakan istrinya sebagai kelinci percobaan. Hanya saja, target balas dendam yang dituju salah. Semuanya, semuanya bermula karena namja yang ada di hadapannya. Ah, lebih tepatnya jiwa namja yang ada di hadapannya.

”Kau boleh dendam padaku, Siwon, tetapi bukan aku yang membunuh Minki, Ren. Dia yang memulai ini semua. Dia menginginkan jalan agar umat manusia tidak habis. Kau sudah tahu kan bahwa tubuh yeojya mulai melemah dan kecil kemungkinan bagi mereka untuk mengandung selama 9 bulan? Oleh karena itu ide gila ini diciptakan.”

Kedua tangan Siwon dikepalkan di samping tubuhnya. Ingin rasanya menghajar namja yang berada di hadapannya saat ini, tetapi dia perlu mengendalikan emosinya. Memang apa yang dikatakan Yonghwa ada benarnya. Hanya saja, dia tidak suka jika ide ummanya (ya, biar bagaimanapun Ren yang melahirkannya) dikatakan gila. Tidakkah namja ini tahu betapa besar perjuangan sang umma untuk melahirkannya? Bahkan tak sampai seminggu, Ren sudah harus meninggal karena tidak dapat bertahan lagi.

Yonghwa menghela nafas. Sepertinya dia dapat membaca pikiran Siwon. ”Aku minta maaf, oke? Bagiku ide yang ditawarkan Minki adalah ide gila. Sebagai zenith, idenya bukanlah hal yang mustahil. Yah, hanya saja kau lihat konsekuensinya.”

Bug.

Dalam sekejap kepalan tangan Siwon bertemu dengan pipi kiri Yonghwa. Cairan merah sedikit keluar dari bibir sang Scion. ”Jangan kau bicara seolah apa yang dilakukan umma-ku adalah hal gila! Kau tidak tahu apa saja yang sudah dia korbankan!”

Untuk hal ini, Yonghwa tertawa dengan nada mengejek. Tangannya menyentuh pipi yang dipukul tadi dengan perlahan. ”Kau bicara seolah aku tak mengerti mengenai Ren, Siwon. Sesungguhnya, yang tidak mengerti, dirimu atau diriku? Kau zenith, bersikaplah seperti seorang zenith. Bertingkahlah dengan bijak seperti yang dilakukan oleh umma-mu. Jangan biarkan darah callous milik appa-mu menguasai dirimu. Kau adalah yang paling ’sempurna’.”

Siwon sedikit melangkah mundur untuk memberi jarak saat Yonghwa berdiri dan menghampirinya. ”Apa itu scion?” tanya Siwon dengan tegas. Yonghwa tersenyum.

”Kau masih tak mengerti juga? Padahal sudah jelas arti scion yang sesungguhnya bukan? Keturunan. Pewaris. Scion yang akan menjadi pewaris dari semua kekuatan yang dimiliki oleh callous maupun zenith. Dan kau Siwon, kau bukanlah zenith. Kaulah scion yang pertama. Tidakkah kau sadari hal itu?”

Semua (bahkan Donghae) yang berada di ruangan tersebut kecuali Yonghwa terkejut mendengar pernyataan tadi. Kalau begini sekarang jelaslah Siwon mengerti arti scion yang sesungguhnya. Scion bukan hanya memiliki darah gabungan dari callous dan zenith, tetapi juga darah murni dari zenith sendiri. Dilahirkan oleh Minki yang menggunakan rahim, Siwon mewarisi darah murni dari umma-nya itu. ”Rahim siapa yang digunakan?”

”Tidak tahu. Hanya Minki yang tahu identitas sang pemilik rahim. Katanya, yeojya itu ingin merahasiakannya dan tidak ingin agar aku tahu. Yah, aku hanya membantunya dan tak bertanya apa-apa lagi.”

”Jika aku scion apakah kau juga?” tanya Siwon dengan hati-hati.

Yonghwa menggelengkan kepalanya. ”Aku scion, tetapi tidak sempurna. Setidaknya belum kusempurnakan. ”

”Bagaimana kau bisa menjadi seorang scion?”

Pertanyaan yang selalu ingin dijawab oleh Yonghwa, sebuah pertanyaan yang mengundang beribu misteri. Yonghwa sendiri tidak tahu bagaimana dia bisa menjawabnya, memberi tahu kegilaan apa saja yang ada di baliknya. ”Saat kau lahir, saat itu aku mengambil sedikit sampel darahmu. Dengan itu, aku membuat sebuah serum. Harus kuakui, itu adalah pekerjaan yang benar-benar membutuhkan ketelitian. Aku tak bisa mengambil darahmu terlalu banyak atau Minki akan menyadarinya dan membunuhku saat itu juga.” Yonghwa terkekeh.

”Ya, pertama aku mencoba untuk langsung memasukkan darahmu ke dalam tubuhku, tapi tidak berhasil. Tubuhku menolak darahmu dan aku langsung demam selama satu bulan. Dapat kuingat bagaimana Seohyun terlihat khawatir saat itu. Ah, lupakan.” Yonghwa hening sejenak untuk menarik nafas. Tangannya menggenggam ujung tempat tidur dengan keras seolah tak ingin mengingat sesuatu. ”Akhirnya aku melakukan hal gila. Hal yang paling tak bisa kumaafkan. Aku mengambil darah Seohyun. Sebagai seorang ordinary, darahnya netral dan tak memiliki kekuatan seperti callous ataupun zenith. Dengan menggunakan darahnya sebagai penetral, aku menggabungkan darahmu dengan darahku. Ternyata berhasil. Aku berhasil menjadi seorang scion. Sayangnya, tidak sempurna. Darah zenith di dalam tubuhku masih lebih kuat.”

”Jadi kau menggunakan anakmu sebagai objek percobaanmu untuk mengembangkan scion, begitu?” sela Siwon. Sepertinya dia dapat menangkap arti dari tingkah laku Yonghwa di hadapannya.

Yonghwa tersenyum sedih. ”Well, siapa yang menduga kalau anak yang dilahirkan Seohyun adalah seorang callous? Dia hamil saat aku menggunakan darahnya sehingga saat kami berhubungan intim, sedikit darah callous masuk di dalam tubuh Seohyun dan sehingga muncullah Donghae. Atau mungkin Donghae tidak pernah menjadi anakku? Siapa yang tahu, eh?”

Siwon semakin mengepalkan tangannya dan ingin memukul Yonghwa yang ada di hadapannya. Kalau tidak mengingat itu adalah tubuh sepupunya, mungkin saat ini kedua pipi Yonghwa sudah tak berbekas. ”Ah, aku harus pergi. Senang bertemu denganmu, sepertinya ada yang datang mengunjungiku. Aku harus pergi sekarang. Sampai bertemu lagi. Semoga kau masih hidup sampai saat itu tiba.”

”Tung –” Ucapan Siwon terhenti saat tubuh Donghae tiba-tiba saja rubuh di hadapannya. Jiwa Yonghwa sudah pergi dari tubuh Donghae. Siwon ingin mengejar Yonghwa untuk bertanya lebih lanjut, tapi dia tidak tahu ke mana harus mencari. Lagipula, dia harus menenangkan sepupunya yang tubuhny gemetar ketakutan. Dia memberi isyarat bagi Daesung untuk membawa Eunhyuk keluar.

Setelah mereka berdua ditinggalkan dalam kesendirian. ”Orang tua brengsek! Baginya kami tak lebih dari sampah, kelinci percobaan dirinya!” Donghae menarik kemeja Siwon, menenggelamkan kepalanya dalam dada Siwon. Bajunya yang basah dan tubuh Donghae yang bergetar cukup membuat dia tahu bahwa sepupunya saat ini sedang menangis. Siwon meletakkan tangannya di punggung Donghae dan mengelusnya, membuat isak tangis Donghae semakin keras.

.

.

Mata sang namja terbuka perlahan. Kursi yang dia duduki, dia putar perlahan sehingga menghadap ke arah jendela yang ada di belakang meja kerjanya. Jendela yang memperlihatkan pemandangan rerumputan hijau, penuh dengan bunga, dan seorang yeojya yang dia cintai. Yeojya yang tengah tersenyum ke arahnya sembari mengumpulkan bunga-bunga indah di taman. Matanya mulai terasa berat, pandangannya mulai mengabur. Jika bukan karena suara seorang intruder yang datang menemuinya, mungkin dia bisa menangis dalam diam.

”Ternyata seorang Jung Yonghwa bisa juga terharu,” ujar sosok namja yang perlahan melangkah dari depan pintu.

”Lee Minho,” desis Yonghwa.

Kursinya sekarang berputar dan menghadap ke arah sang intruder. Keduanya saling bertatapan cukup lama. Pandangan yang begitu intens dan saling mencari jawaban. ”Untuk apa kau berada di sini?” Pertanyaan Yonghwa memecahkan keheningan di antara mereka. Sebuah pertanyaan basa-basi yang keduanya sudah tahu jawaban yang sesungguhnya.

”Aku akan membunuh-nya,” jawab Minho dengan singkat.

Tanpa perlu bertanya lebih lanjut, Yonghwa mengerti. Selain karena dia adalah seorang zenith, dia jugalah yang merencanakan ini semua. Pertanyaannya mungkin, sejauh apa rencananya dapat berjalan lancar? Yonghwa berdiri dari kursinya. Kakinya menyentuh lantai dengan hati-hati. Namun dia tidak berjalan menuju ke arah Minho, melainkan melayang. Setelah menyentuh lantai, kakinya tadi terangkat dan dia melayang menuju ke arah Minho. Sebuah teknologi yang dia ciptakan sendiri untuk kondisi dirinya.

”Sepertinya kau sudah mulai bisa menggunakannya,” ujar Minho.

”Lama memakainya, jika masih tak bisa menggunakannya, bukankah itu konyol?” balas Yonghwa dengan sarkasme. ”Jadi, kau akan membunuh-nya, bukankah begitu?”

Minho hanya terdiam. Dapat terlihat bahwa saat ini sang namja tengah berpikir. Kepalanya sedang mengolah apa saja yang mungkin dapat dia lakukan. ”Jangan berpikir terlalu banyak, bunuh saja dia seperti yang diperintahkan kepadamu.”

”Kau gila.” Minho tertawa. Sebuah tawa yang menyayat hati siapapun yang mendengarnya.

Karena kakinya yang tidak menapak tanah, Yonghwa tampak sedikit lebih tinggi daripada Minho yang ada di hadapannya. ”Ternyata kau lebih pendek dariku ya?” goda Yonghwa. Sebuah alihan pembicaraan agar suasana tidak terlalu tegang.

”Kau saja yang curang,” balas Minho. Tawanya berhenti dan ekspresinya kembali serius. ”Apakah aku harus membunuhnya?”

Helaan nafas terdengar dari Yonghwa. ”Membunuh memiliki banyak arti, Minho. Kurasa dengan meninggalkannya saat dia keguguran, kau sudah membunuhnya.”

Ekspresi Minho semakin muram. Memorinya membawa dirinya ke masa lalu. Teriakan dan jeritan yeojya yang dia cintai terdengar mengiang di telinganya. Bagaimana yeojya itu begitu terluka saat Minho berjalan meninggalkannya untuk menerima uluran tangan dari Yonghwa. Minho tahu bahwa ini adalah demi kebaikan semuanya, tapi tidak bisa ditutupi rasa bersalah menggerogoti hatinya.

Yonghwa tahu bahwa namja yang lebih muda darinya ini sedang berpikir dan mengingat ke arah masa lalu. Dia kembali menghela nafas dan kemudian berdeham. ”Jika kau tidak mau membunuhnya, maka kita bisa melakukan cara lain. Lagipula, seperti yang sudah kukatakan, membunuh adalah sebuah arti yang ambigu.”

Minho kemudian menatap ke arah Yonghwa. Sebuah tatapan yang mengartikan bahwa dia sudah siap menerima segala konsekuensi yang ada. ”Baiklah, aku akan mendengarkan apa rencanamu, tapi kurasa tidak sekarang. Soo Man sudah memanggilku.”

Detik berikutnya sosok Minho menghilang dari hadapan Yonghwa meninggalkan sang scion seorang diri merenungkan tindakannya. Ke mana Minho pergi, kalian tanya? Minho tak pernah datang ke ruangan Yonghwa. Apa yang terlihat tadi tak lebih dari sebuah proyeksi yang dikirimkan, sesuatu yang tidak nyata.

”Uhuk, uhuk.” Yonghwa tiba-tiba terbatuk. Tangan yang menutup mulutnya kemudian memperlihatkan sebuah cairan berwarna merah kental yang sedikit berbau amis. ”Sepertinya aku harus segera bergegas,” bisiknya pelan. Dia kemudian melayang kembali ke tempat duduknya dan terduduk di atas kursinya. Detik berikutnya kursi tersebut diputar dan menghadap kembali ke arah pemandangan luar.

Raut wajah Yonghwa terlihat pilu. Tangannya terulur hendak menyentuh sosok yeojya yang terlihat di hadapannya, tapi apa daya tangan tak sampai. ”Sebentar lagi, Seohyun, sebentar lagi,” bisiknya dengan sendu.

.

.

”Urgh,” desahnya perlahan. Dia tak mengerti bagaimana ini bisa terjadi. Jika hanya mimpi, dia tak ingin terbangun. Sudah begitu lama dia merindukan sentuhan tangan dari namja yang ada di atasnya. Betapa memabukkannya ciuman ringan yang diterimanya di setiap bagian tubuhnya. ”Hannie.” Perlahan dia menyebutkan nama namja yang sedang menyentuhnya.

Namja yang kita kenal bernama Hankyung ini tak menjawab, sebaliknya dia kembali memberikan ciuman-ciuman memabukkan bagi yeojya yang ada di bawahnya. ”Chullie,” bisik Hankyung.

”Ohh…ahh…terus…gosh…” desah Heechul kembali saat lidah Hankyung menjilat lehernya. Tangan kiri Hankyung memeras dada Heechul yang proporsional sambil sesekali mengelus nipple dengan ibu jarinya. Bibir Hankyung bergerak turun perlahan diiringi dengan tangan kanannya yang menyentuh pinggang, perut, dan terus bergerak ke bawah, menyentuh setiap inci yang dapat dijangkau. Tibalah bibir Hankyung pada dada Heechul yang begitu menonjol. Seperti seorang bayi yang meminum air susu dari ibunya, begitulah yang dilakukan Hankyung terhadap dada Heechul.

Sejujurnya Heechul masih tak mengerti apa yang sedang terjadi. Sejenak tadi dia merasa kelelahan setelah diberikan obat oleh Kangin dan detik berikutnya dia membuka matanya dengan Hankyung berada di atasnya dalam keadaan setengah telanjang. Dia kemudian menyadari bahwa dirinya sendiri sudah tak memakai sehelai benang pun. Namun, satu hal yang paling mengejutkannya adalah bagian dadanya yang menonjol dan, urgh, dia tidak merasakan adanya sesuatu di tengah selangkangannya.

Mungkinkah tubuhnya telah kembali semula?

Atau mungkin ini tak lebih dari sebuah mimpi yang selalu diharapkannya terwujud?

Terlepas dari itu semua, apakah ini mimpi atau tidak, Heechul menikmatinya. Dia menikmati bagaimana lidah Hankyung dengan lihai menjilati nipple-nya dan sesekali menghisapnya. Sudah lama dia tak merasakan sensasi seperti ini. ”Hannie…ohhh…”

”Chullie, Chullie,” bisik Hankyung yang kembali memagut bibir ranum milik sang yeojya.

Jeritan Heechul terdengar indah di telinga Hankyung saat jari-jarinya memasuki bagian kewanitaan sang yeojya. Jari-jarinya terasa basah oleh cairan dari Heechul dan membuat nafsu Hankyung semakin membara. Dikeluarkannya jari-jarinya saat terasa cukup dan kemudian menjilatinya, merasakan essence dari sang pujaan hati.

Bisa dirasakannya sesuatu di selangkangannya sudah membesar dan meminta untuk dikeluarkan. Maka tanpa basa-basi lagi, Hankyung segera melepas  celananya, menyentuh bagian yang menegang tadi dengan perlahan. Tangannya kemudian mengocok bagian kejantanannya sehingga membesar. Sementara tangan kanannya bekerja, mulutnya melakukan kegiatannya yang lain, yaitu mencicipi rasa dari sang pujaan hati. Lidahnya terjulur meraih semua sisi yang ada pada hole yang ada di hadapannya.

Desahan yang keluar dari Heechul bagaikan sebuah dorongan bagi dirinya untuk terus melakukan kegiatannya. Tangan Heechul menyentuh rambutnya, mengacak-acaknya untuk meminta lebih. Dia sendiri sudah tidak sabar untuk merasakan bagaimana miliknya akan diselimuti oleh hole Heechul, merasakan miliknya berdenyut di dalam. Pasti begitu nikmat.

Tak sabar lagi akhirnya dia pun memasukkan miliknya dalam sekali hentakan membuat suara lengkingan Heechul terdengar menggema di ruangan. ”…kit…sakit…hiks…” Isakan yang tertangkap oleh indera pendengaran Hankyung membuat dia berhenti bergerak dan menatap Heechul yang tengah menggigit bibir bagian bawah dengan keras. Hankyung merasa bersalah. Dia mengelus pipi Heechul dengan lembut. Saat itulah dia tersadar bahwa badan Heechul sudah kembali lagi menjadi seorang namja saat dia memasukinya. Artinya, Heechul kembali menjadi seorang namja dan bukan lagi yeojya seperti sebelumnya.

Merasa sudah separuh jalan, Hankyung kembali melakukan kegiatannya. Hanya saja kali ini lebih perlahan agar tidak menyakiti Heechul. Saat dia menemukan titik yang dapat membawa Heechul pada kenikmatan, dia memasukkan miliknya pada sudut yang sama. ”Oh there, Hannie…more…deeper…oh…”

”Urgh…” erang Hankyung saat merasakan dinding Heechul memeluk miliknya dengan erat. ”Too tight, Chullie…terlalu ketat…ah…”

”Harder…deeper…ahh…sana…lagi…”

Saat cairan sperma keluar dari milik Hankyung, Heechul kembali menutup matanya. Sepertinya karena kelelahan. Perlahan Hankyung menundukkan kepalanya dan mengecup pipi kening Heechul. Air matanya menetes perlahan membasahi pipi Heechul. ”Sedikit lagi, sedikit lagi, Chullie, bersabarlah,” bisiknya. Bibirnya tak pernah lepas dari kening Heechul selama beberapa saat. Tak berapa lama dia kemudian keluar setelah membereskan semuanya.

”Sudahkah kau puas?” Hankyung yang telah menutup pintu kamar Heechul memutar kepalanya dan mendapati Kangin tengah bersandar di dinding sembari melipat tangan di depan dada. ”Datang dan pergi sesuka hatimu, tidakkah kau sadar bahwa kau menyakitinya?”

Hankyung hanya bisa menghela nafas. ”Kangin, aku pikir kita sudah sepakat.”

”Ya, tapi bukan berarti aku tak berhak bertanya,” sela Kangin dengan dingin. Matanya menatap ke arah namja Cina yang ada di hadapannya.

Yang diajak bicara juga tak mau kalah. Hankyung balas menatap Kangin dengan tajam. ”Bukan urusanmu, kau hanya perlu memastikan tempat ini aman dari Rusia. Itu saja,” desis Hankyung.

Brug.

Dalam sekejap punggung Hankyung sudah bertemu dinding dengan keras. Matanya memincing kesakitan sesaat. ”Dengar, kau jangan berpikir hanya karena aku setuju dengan idemu, maka aku dapat mentolerir apa yang kau perbuat.” Kedua tangan Kangin memegang erat kerah Hankyung, seolah tak ingin melepaskannya. ”Kau menjijikkan,” desis Kangin.

Namun apa yang terjadi berikutnya hanya bisa membuat Kangin bertanya-tanya. Hankyung tertawa, sebuah tawa yang mengerikan. Tangan kanan Hankyung menutup matanya, tetapi Kangin dapat melihat sesuatu yang bening mengalir perlahan. Sekarang tahulah dia bahwa Hankyung sendiri tak lebih dari doll yang diperbudakkan dalam lingkaran yang dinamakan cinta.

.

.

Ruangan perpustakaan, tempat biasa orang yang dia cintai menghabiskan waktunya sekarang telah kosong. Hampa dan menghasilkan sejuta kenangan yang tak bisa dia lupakan. Jari-jarinya bermain di atas buku-buku dengan bahasa asing yang terdapat di dalam rak. Aroma buku kuno yang dihirup oleh hidungnya membangkitkan memori masa lalu. Saat belum terjadi pembagian kelas, saat penghapusan zenith belum terjadi. Matanya terpejam, membawanya pada sebuah masa lalu yang tak bisa dilupakan dan diubah.

”Apa asyiknya dari membaca buku seperti ini?”

”Shichi! Apa yang kau lakukan?”

”Kekasihmu berada di sampingmu dan kau mengabaikannya hanya demi sebuah buku?”

”Ani, aku, ahh, Shichi, tanganmu!”

”Minku, saranghae, jeongmal saranghae.”

”Shichi…nado, nado saranghae.”

”Kau dapat merasakannya?”

”Ne.”

”Selama jantung ini masih berdetak, selama itulah jiwaku akan terus mencintaimu.”

Perlahan tangannya menyentuh dada kanannya, merasakan jantungnya yang berdetak begitu kencang. Dia kemudian meremas kemeja yang dikenakannya dengan keras, begitu keras sampai dia yakin kemejanya menjadi sedikit lecek dan berantakan. ”Minku,” bisiknya perlahan.

”Dong Wook.” Sebuah suara yang memanggil namanya membuat dia tersentak kaget. Satu-satunya yang memanggil nama aslinya hanya ada satu orang.

”Hanbyul,” ujarnya. Badannya berputar untuk berhadapan dengan sosok yeojya istrinya yang perlahan melangkah menuju ke arahnya.

Tak pernahkah terlintas di dalam pikiran Se7en untuk merasa bersalah telah mengkhianati istrinya? Jika ini ditanyakan pada dirinya, dengan tegas dia akan menjawab tidak. Sebab, yang dia cintai adalah Changmin dan justru dia lebih merasa bersalah saat melepaskan Changmin dari dirinya. Ketika dia berhasil menemukan Changmin saat namja itu menjadi seorang doll, dia berjanji tak akan pernah lagi membiarkan Changmin lepas dari pengawasannya.

Oh, tapi bukankah sekarang namja itu telah pergi dari dirinya?

Benarkah? Benarkah seorang Shim Changmin telah hilang dari pengawasan Se7en?

”Apa yang kau inginkan?” desis Se7en. Terdengar sedikit rasa kesal yang tersimpan di balik suara Sang Presiden Amerika ini. ”Jika kau ingin membahas soal Changmin, aku tidak mau mendengarnya.”

”Ini bukan soal Changmin,” balas Hanbyul sedikit lebih keras. ”Ini tentang kita, Dong Wook,” lirihnya.

Kali ini Se7en benar-benar menatap ke arah istrinya. Matanya kemudian melihat keadaan istrinya sekarang. Meski sudah tua, tapi istrinya masih tetap terlihat muda dan segar. Sejujurnya setiap namja akan mengatakan dia beruntung memiliki seorang istri yang bukan hanya cantik, tapi juga baik hati. Tetapi apa daya, dirinya sudah terjerat dalam seorang namja yang notabenenya adalah sepupu istrinya, Shim Changmin. ”Apa yang kau inginkan?” tanya Se7en dengan nada lelah.

Punggungnya disandarkannya di dinding yang berada di belakangnya. Sementara badannya duduk di atas rak buku. Tangannya terlipat sementara matanya penuh selidik terhadap yeojya yang masih melangkah perlahan untuk mendekatinya. Ketika akhirnya jarak mereka tinggal sejengkal jari, dia menatap ke atas, ke arah sang yeojya. Karena pada posisi duduk, dia menjadi lebih pendek dari sang yeojya.

”Mianhae,” bisik Hanbyul dengan lirih. Pandangannya mulai sedikit mengabur, namun dia harus menjadi tegar. ”Mian karena diriku, kalian harus berpisah.”

Se7en tertegun mendengar pernyataan ini. Dia tidak perlu bertanya sejauh mana yang diketahui Hanbyul karena dia tahu bahwa akan sangat menyakitkan bagi istrinya untuk menjawab hal ini. ”Untuk apa kau meminta maaf? Ini bukan salahmu.”

”Tidak, ini salahku, salahku yang datang ke kehidupanmu, salahku yang membuatmu harus bertanggung jawab terhadap kebodohan yang kulakukan.”

Sekarang Se7en kembali teringat alasan kenapa dia menikahi Hanbyul. Karena sebuah kesalahan konyol yang pernah dia lakukan di masa lalu. Dia meniduri Hanbyul di bawah pengaruh alkohol. Saat itu dia begitu banyak pikiran, memikirkan cara untuk menyelamatkan Changmin dari takdir zenith. Keesokkan harinya, dia mendapati dirinya dalam keadaan polos bersama dengan Hanbyul di samping tempat tidurnya.

Dia tak perlu menambahkan satu dengan satu untuk tahu bahwa dia telah meniduri Hanbyul dan melakukan hal yang terlarang. Keduanya setuju untuk merahasiakan ini dari Changmin. Hanbyul yang mencintai Se7en namun tak ingin menyakiti hati sepupunya, Changmin. Serta Se7en yang tak ingin melepaskan Changmin dari dirinya.

Namun ternyata takdir berkata lain. Pembuahan itu terjadi begitu saja dan Hanbyul mendatangi Se7en mengatakan bahwa dia hamil. Mulanya Hanbyul hanya ingin menyampaikan berita ini saja dan merelakan Se7en untuk Changmin. Siapa yang menduga bahwa saat itu Changmin mendengarnya?

Pertengkaran sengit tak bisa dihindarkan dan demi kebaikan semuanya, Changmin mundur dari panggung, membiarkan kedua peran utama melanjutkan takdir mereka. Singkat cerita, Se7en kemudian menikahi Hanbyul. Sebuah pernikahan yang tidak dilandasi cinta, hanya rasa tanggung jawab yang membuat Se7en bersedia berada di sisi Hanbyul.

Akan tetapi, ternyata dia dibohongi oleh Hanbyul, sebuah kebohongan yang mengerikan. Hanbyul tidak hamil, bahkan dia tidak akan pernah bisa hamil. Dia tidak memiliki rahim dan Se7en yang terlalu kalut oleh amarah tidak lagi menyempatkan diri ke mana rahim Hanbyul berada. Dia hanya tahu bahwa dirinya telah dipermainkan selama 8 tahun dan dia tak bisa berbuat apa-apa karena dia telah terikat janji.

Hanbyul sendiri memiliki alasan untuk melakukan hal ini, tapi dia tak pernah bisa mengatakannya. Dia menerima perlakuan Se7en yang berubah-rubah. Terkadang namja itu akan baik terhadap dirinya saat mengingat bahwa dia adalah sepupu Changmin dan Se7en yakin Changmin tak ingin agar dirinya celaka. Namun, rasa kesal dan amarah terkadang membuat Se7en bercinta dengan Hanbyul dengan kasar.

Dalam diam, Hanbyul menerima semua perlakuan Se7en. Saat dia mendengar bahwa Changmin terluka parah akibat penghapusan, Hanbyul rela melakukan apapun, bahkan membuat janji gila dengan Soo Man. Siapa yang menduga kalau Changmin akan sadar namun tak mengingat sedikit pun tentang dirinya? Dan siapa pula yang dapat menduga bahwa Se7en dapat menemukan Changmin dan membelinya dari pelelangan.

Saat dia mengetahui Changmin berada di rumah Se7en, tahulah dia bahwa nasi telah menjadi bubur dan dia tak bisa berbuat apapun lagi. Se7en berhasil menemukan Changmin, entah bagaimana caranya, dan tinggal menunggu waktu sampai mereka kembali lagi. Untung saja Changmin kehilangan ingatan saat menjadi projek Savior.

Sekilas, Hanbyul terlihat egois, memisahkan dua orang yang saling mencintai karena dirinya. Namun, siapa yang tahu? Bisa saja dia yang paling banyak berkorban untuk menyatukan keduanya, bukan?

”Kau meminta maaf pun, aku tak bisa memutar waktu kembali. Sudahlah, aku lelah. Lebih baik kau segera beristirahat saja, tidak baik untuk kesehatanmu,” ujar Se7en dengan lembut. Dia sedang tak ingin berargumen dengan yeojya yang berada di hadapannya. Terlalu banyak pikiran, terlalu banyak masalah. Dia hanya menginginkan sebuah ketenangan untuk saat ini.

”Dong Wook,” bisik Hanbyul dengan lirih. Perlahan dia mendekatkan wajahnya sehingga tak adalagi jarak di antara bibir keduanya. Berciuman dengan Hanbyul saat ini semakin menyadarkan Se7en bahwa dia tidak mencintai yeojya yang menyentuhnya. Baginya, hanya Changmin yang bisa memuaskan dirinya. Biarlah orang-orang mengatakan itu hanya nafsu, tapi Se7en tahu bahwa dia merasakan hal yang lebih kepada Changmin. Dan biarlah saat ini dia membiarkan Hanbyul menciumnya, memeluknya untuk mencari ketenangan. Karena saat ini keduanya membutuhkan sebuah ketenangan, sebuah angin sejuk sebelum badai datang.

.

.

Hal yang pertama dilakukan Jaejoong saat membuka matanya adalah mencari sosok yang tengah berbaring di ranjang yang berada di sebelahnya. Dengan sedikit susah payah, dia beranjak dari ranjangnya dan terduduk di atas lantai samping ranjang sosok tersebut. Kepalanya diletakannya di samping wajah namja berwajah kecil itu.

Mata Jaejoong terus menatap ke arah Yunho yang tengah tertidur dalam kedamaian. Dia tidak tahu siapa yang akan membuka matanya, entah U-know atau Yunho. Dia juga takut jika dia harus memilih salah satu di antara keduanya. Setelah mengetahui apa yang dilakukan U-know untuk dirinya, bisakah dia mengabaikan hal tersebut?

U-know memang kejam, memperlakukan dia layaknya sebuah boneka pemuas nafsu, tapi Jaejoong juga tahu bahwa dia diperlakukan seperti ini karena sudah tugasnya, sudah berada di darahnya saat menjadi seorang doll. Mengenai anak di dalam perutnya sekarang, dia tidak tahu harus bagaimana. Bagaimana mungkin dia menjelaskan kepada anaknya bahwa dia tidak tahu siapa appa dari anaknya?

Sebuah paradoks kehidupan yang begitu panjang dan tiada habisnya. Jika Yunho yang terbangun, apakah dia harus melupakan U-know begitu saja? Jika U-know yang terbangun, apa yang akan dilakukan Jaejoong.

”Ernghh…” Erangan yang keluar dari mulut Yunho membuat Jaejoong tersentak kaget. Dia kemudian sedikit berdiri dan menunggu sampai sang suami membuka matanya. Dia tidak tahu siapa yang dia harapkan untuk tersadar. Dia takut untuk memilih. Jadi, bolehkah dia membiarkan mereka yang memutuskan siapa yang terbaik untuknya? Atau bolehkah dia menjadi egois untuk mendapatkan kedua-duanya?

”Jae?” Mendengar suara yang tertangkap oleh panca inderanya, Jaejoong mendadak menangis. Dia segera memeluk tubuh suaminya dengan erat, membenamkan kepalanya di dalam dada sang suami.

Kalian mau tahu siapa yang terbangun? Bagaimana kalau kalian menebaknya? Tidak? Ah, lagipula sepertinya hal ini tidak pantas untuk menjadi tebak-tebakan karena jawabannya sudah pasti.

Yunho lah yang terbangun. Dialah yang terpilih untuk menjaga Jaejoong. U-know? Mungkin pribadi asli itu sedang merenung di bagian paling dalam dan menunggu jika sudah saatnya untuk keluar. Sebuah pengorbanan bagi sang tambatan hati. Bukankah ada istilah, ”Mencintai tak harus memiliki?” Mungkin, ini yang sedang dilakukan oleh U-know. Asalkan Jaejoong bahagia, dia tak peduli meskipun harus terkubur di bagian paling dalam, meskipun tubuhnya harus dikuasai oleh Yunho, pribadi yang dibuatnya.

Ironis bukan? Tubuhmu dikuasai oleh kepribadian yang kau ciptakan untuk mendekati sang pujaan hati. Pada akhirnya, dialah yang menjadi pemenang. Melihat tangisan haru dari Jaejoong sudah cukup membuat U-know bisa tersenyum perih. Keputusannya tepat. Yang penting sekarang, dia harus bisa membuat Yunho menjaga Jaejoong dengan kekuatan kepribadian itu sendiri. Jika semua sudah selesai, mungkin, mungkin dia juga bisa tenang.

.

.

”Jadi, apa yang akan kau rencanakan berikutnya?” tanya Siwon pada Donghae yang sudah tampak tenang. Keduanya sekarang berada di dalam kamar tidur Donghae dengan sang pemilik kamar tengah melihat ke arah langit.

”Melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang perdana menteri,” jawab Donghae.

Siwon hanya tersenyum sedikit sembari mengelus kepala Donghae. ”Dengar, jangan terlalu memaksakan diri, ne?”

”Siwon, kau tidak marah padaku?” Pertanyaan ini membuat Siwon tersentak kaget.

”Maksudmu?”

Donghae menghela nafas. ”Tidakkah kau mengerti bahwa aku merencanakan agar kau menemui Kibum? Tidakkah kau sadar?”

Siwon terdiam. Dipikir-pikir memang jika Donghae tidak menyuruhnya untuk menggantikan sepupunya itu ke pelelangan, dia tak akan menemukan Kibum, tak akan pernah bertemu dengan dirinya. Dan mungkin saja, dia tak perlu memikirkan sejauh ini dan dapat menikmati kehidupannya seperti biasa. Tapi, dia tahu bahwa biar bagaimanapun, takdir tak akan bisa lepas darinya. Mungkin nanti dia akan tetap bertemu dengan Kibum. Meski bukan di tempat pelelangan seperti yang terjadi kali ini. ”Donghae,” lirihnya.

”Siwon, aku harus jujur padamu. Aku sengaja membuatmu bertemu dengan Kibum. Aku pikir, dengan begini aku bisa menunjukkan pada orang tua brengsek itu bahwa aku bisa melakukan sesuatu. Tapi, siapa yang menduga kalau dia juga sudah merencanakan ini semua?”

Hening melanda keduanya. Siwon berdiri dan melangkah menuju ke arah Donghae yang membelakanginya. Punggung tegar milik Donghae, setelah dilihat-lihat dengan seksama, terlihat begitu begitu kecil. Punggung sekecil ini namun menanggung tanggung jawab yang begitu besar. ”Aku tidak tahu rencananya, tapi aku berharap bahwa jika memang dialah kunci dari semua misteri ini, kita bisa menemuinya secara langsung. Dan, aku juga tahu bahwa kau menghapus ingatan Eunhyuk akan Kyuhyun.”

”Kau tahu terlalu banyak, eh? Memang tidak salah kau disebut sebagai zenith,” balas Donghae dengan sarkasme.

”Hanya saja, aku tak mengerti. Kenapa kau tak mau mengatakan pada Eunhyuk bahwa Kyuhyun adalah anak kalian. Bahwa dia juga adalah hasil dari projek Savior yang berhasil?”

”Dan membiarkan dirinya di bawah ke dalam penelitian milik orang tua brengsek itu? Tidak terima kasih, lebih baik dia tidak tahu apa-apa saat ini, lebih aman.”

Siwon tahu apa yang telah dilakukan Donghae pada orang yang dia cintai itu. Eunhyuk bukanlah doll Donghae. Dia, sama seperti yang lain, merupakan sebuah kesalahan yang seharusnya tak boleh dilakukan Donghae. Sebagai seorang Perdana Menteri, dia sudah memiliki pasangan kekasih yang ditunangkan untuk dirinya. Namun, dia bertemu dengan Eunhyuk yang seorang ordinary. Bukan hanya itu, Eunhyuk saat itu juga tidak tahu bahwa dirinya ternyata adalah salah satu dari Savior Project.

Mempersingkat cerita, keduanya saling mencintai dan Donghae berhasil menggagalkan pertunangan dirinya. Namun, siapa yang menduga kalau keluarga sang yeojya ingin membalas dendam dan kemudian menculik Eunhyuk yang saat itu tengah mengalami depresi karena perbuatan Donghae. Donghae dan Eunhyuk saat itu mengetahui bahwa Eunhyuk mengandung dan mereka berencana untuk merahasiakannya agar tidak tersebar luas.

Namun, Donghae takut bahwa akan ada yang menyebarkan hal ini dan membuat mereka dalam bahaya. Dengan berat hati, bayi yang dilahirkan Eunhyuk sebelum penculikan terjadi dibuang. Namun, dia masih tetap mengawasi keberadaan bayinya yang sekarang sudah berusia 14 tahun dan tinggal di bawah atap bersama Sang Presiden Amerika. Eunhyuk yang depresi hampir gila, terutama dengan penculikan yang dia alami.

Setelah berhasil menyelamatkan Eunhyuk dari penculikan, dia menghapus ingatan Eunhyuk dan menggantinya dengan memori yang dia buat. Memastikan bahwa Eunhyuk mengingat dirinya sebagai sang master dan bahwa Eunhyuk tak lebih dari doll. Dengan begini, rahasia mereka bisa aman untuk beberapa saat. Setidaknya, biarpun sang appa mengetahui keberadaan Kyuhyun, dia tak akan diizinkan untuk menyentuh Eunhyuk.

Prang.

Bunyi gelas pecah yang berada di daerah luar membuat kedua namja yang berada di kamar bergegas keluar. Mereka mendapati Eunhyuk tengah terbaring dan berada di dalam dekapan Daesung yang tersenyum lebar. ”Maaf, dia tiba-tiba saja pingsan, aku tidak tahu apa yang terjadi.”

Air mata yang bergulir membasahi pipi Eunhyuk cukup membuat Donghae menyadari apa yang terjadi.

Dia tahu.

Eunhyuk sekarang tahu bahwa dia adalah seorang savior. Dan Donghae sudah tidak mempunyai waktu banyak untuk menghalangi peperangan yang dapat terjadi. Mereka harus bergegas mencari Yonghwa. Suka atau tidak suka, Donghae tahu bahwa hanya appa-nya yang bisa menyelamatkan mereka sekarang.

.

.

To be continued

.

.

Finally I’ve done it, yay ^^V

Thanks to:

dwi | leeheechan | Choikim hanraebin | RetnoMyaniezasia | niekyu92 | ezkjpr | puzzpitjewelforever | gyumin137 | Jung Hye Ra | kimchi | Ryeong9 | afta junya | Lil’cute Bear | ayu | Naminra | AuliaRaj | ggogabang | nikyunmin | @momo_kawaii | chima | Fujoshipper | injewel | Yustin | Myu~| Cecilliacho | AmandaChoiMinHaeBaoBei | justrisyda | MinKaHyuk| nami asuma | Enno KimLee | cosmojewel | lerelere | Cloudsomnia_elf | 2minizm | mintminhyo94line | mallashinki | Shofi Cassiopeia | delaa | Choi Youngri | SiBumSparKyuELF | KyuminSibumShipper | ocha | Tifaa | Lee Hyuna |Quinnevil | nabetako | kyucute14 | ciacia | meirithaulfah | kimhye | MiRuu | reaRelf | shinji | LittleWonkyu | Song | Choi MiNyu | niccken’heenim’elf | sierradew | Kim jaeLiey | dyah_purnama | dreanie | Nukky | MH_ | EvilmagnaeMin | tantrionyu | Miwa | Magnae pumkins | foodmonster’s Wifey | Els (HyeFye) | choi wiya | Anisaa | Devi Giana | siti | @endah_hyukiELF | pepper desu | restiaeunkyu | Lizeria05 | niyalaw | Silviana | YunJani | zhewie c’shawolshinee | icha | seung nana | Heavy Sapphire Blue | Sapphire Stone |

Setelah baca komen dari chingudeul, saya menemukan beberapa orang sedikit salah, jadi saya mau mengklarifikasikan lagi 🙂

1. Kyu itu BUKAN Yonghwa! Dia adalah anak Donghae yang merupakan anak Yonghwa jadi Kyu itu cucunya Yonghwa

2. Alasan kenapa Yonghwa bisa masuk ke dalam diri Donghae dan Kyu itu karena mereka punya darah Yonghwa, sehingga dia bisa melakukan ilmu apapun itu namanya utk masuk dan menguasai tubuh mereka @_@

3. Banyak yang menebak rahim Kibum itu milik Seohyun. Untuk ini saya tak mau berkomentar dulu. Kkk~

4. Saya akan segera bkin tentang kamus2 mereka setelah uts. Saya usahakan @_@

5. Scion itu campuran dari darah Callous dan Zenith dan karena Siwon lahir dari darah murni Zenith, maka dia adalah Scion paling sempurna @_@

6. Saya pusing, jadi mau baca ulang lagi #plak

AN:

Annyeong semua. Masih adakah yang ingat ff ini? :DD

Ini ff terakhir saya sebelum UTS ya. Senin  besok udah mau UTS dan saya malah belum sempat untuk belajar ._,v sebenarnya sih plotnya udah ada dari kapan2, tapi waktu ketiknya baru ada sekarang T^T

Terus, hmm…yah, udah kepikir ending yang pas sih buat ff ini. Semoga pada suka ^^v dan gak menduga bahwa antisipasi para readers wah banget XDDD

OH ya, habis konser kemarin, kulitku jadi ular, berganti kulit. Serem kayak plastik gitu >w< #curcol

Dan, dan, bagi kalian Yunjae Shipper, ayo ikut projek yang dilakukan FanficYunjae untuk FM Jaemma ya 😀 info lebih lanjut tanya langsung ke @FanficYunjae aja (:

Ini linknya >>> http://www.twitlonger.com/show/jlsj6p <<<

Maaf ya, saya bukannya gak baca komen kalian. Saya baca dan saya resapi, tapi saya suka numpukin dulu baru saya balas reviewnya sekarang kebanyakan dan saya jadi kewalahan >w< karena itu saya mau nyicil balas review chingudeul dulu :’)

Nanti saya akan reupload lagi untuk ’Thanks to’ dan juga mungkin ada curcolan lagi. Kkk~

Last, review? 😉

_Verzeihen